SEJARAH KUNGFU MUSLIM DI CHINA

Kaum muslimin sudah merambah China secara intensif di zaman khalifah ‘Umar ibnul Khattab. Saat itu di China bertepatan dengan periode akhir dinasti Sui (581-618 M) dan permulaan bangkitnya dinasti Tang (618-907 M). Setelah itu China sempat terbagi menjadi lima dinasti dalam tempo sekitar 60 tahun saja.

Sejak tahun 960 M, muncullah dinasti Song di Utara China, dan setelah invasi oleh tentara Mongol, lahirlah dinasti Song Selatan (1127-1279 M). Selanjutnya muncul dinasti Yuan (1279-1368), Ming (1368-1644) dan terakhir Qing (1644-1911). Qing adalah dinasti terakhir yg didirikan oleh orang-orang Manchu dan dianggap bukan asli China.

Sejak zaman dinasti Sui, jumlah muslimin di China terus bertambah, dan mereka terus membuat komunitas yg dihormati di China. Mereka dihormati karena membawa peradaban baru, mereka rajin serta dikenal bersih dan tidak suka membuat keributan. Muslimin juga dikenal sebagai saudagar yg jujur dalam berdagang, sehingga mereka diterima dengan damai oleh orang-orang China.

Puncak penyebaran Islam di China ada zaman dinasti Song, dan muslimin di China dikenal luas menjadi sebuah suku yg disebut suku Hui (di China sendiri ada sekitar 55 suku). Muslimin juga dengan cepat mengadopsi budaya China yg unggul misalnya teknik produksi kertas dan tentu saja: beladiri yg dikenal dengan “WUSHU” (artinya seni perang).

Muslimin di China dikenal juga loyal terhadap negara, dan benci pada penjajah. Karena itu, ketika Mongol mendirikan dinasti Yuan, banyak pemuka-pemuka muslim bergabung dengan pejuang-pejuang China non-muslim dan berjuang mengembalikan kekaisaran pada keturunan yg berhak. Sehingga muncullah dinasti Ming, yg dipelopori juga oleh para pejuang muslim ahli KungFu semacam Chang Yu Chan, Hu Da Hai, Mu Ying, Lan Yu, Feng Sheng, dan Ding De Xing.

Saat itu, aliran KungFu Shaolin dikenal hebat dalam pertarungan perorangan, sementara aliran KungFu Muslim, dikenal tangguh dalam pertempuran pasukan besar. Para master KungFu muslim juga dikenal pencipta beragam senjata tempur jarak jauh, seperti Chang Yu Chan seorang muslim Hui yg menciptakan teknik perkelahian tombak (spear fighting). Teknik ini bahkan masih diserap dan dipertandingkan dalam kejuaraan Wushu Modern.

Di jaman dinasti Ming, banyak jendral perang yg diangkat dari kalangan Muslimin. Mereka memperoleh kedudukan tinggi karena mereka memang layak. Mereka juga menyempurnakan banyak teknik KungFu, sehingga siapapun yg mempelajari sejarah dan teknik KungFu tidak bisa menyepelekan pengaruh muslimin dalam berbagai aliran KungFu yg ada sekarang. Di antara jendral perang muslim itu ada juga yg diutus ke Indonesia ketika pertikaian dengan Singosari. Ia menetap dan meninggal serta dikuburkan di Jawa.
Ketika akhir masa dinasti Ming, dan permulaan bangkitnya dinasti Qing, mulailah masa2 suram bagi muslimin di China. Dinasti Qing adalah berasal dari Manchuria, berbeda dengan dinasti Ming yg asli orang suku Han di China. Sudah menjadi watak muslimin dimanapun untuk tidak mendukung kezaliman, maka muslimin di China juga lebih loyal pada dinasti Ming dan melawan terhadap dinasti Qing. Jendral2 besar muslim seperti Ma Shou Ying, bekerjasama dengan Li Zi Cheng, mengadakan pemberontakan terhadap dinasti Qing.

Dinasti Qing melihat ada dua kekuatan besar yg harus dihancurkan: Shaolin dan Muslimin. Shaolin lebih mudah dikalahkan karena terpusat pada dua kuil besar di utara dan di selatan. Kedua kuil ini akhirnya dihancurleburkan. Beberapa master Shaolin lari dan menyebar ke seantero China, dan menutupi identitas mereka. Mereka tetap mengajarkan KungFu dibawah nama keluarga, seperti Hung Hei Kun yg membawa aliran Hung Gar Kuen.
Muslimin lebih sulit ditaklukkan karena mereka mahir berperang dalam skala besar, dan mereka tidak terpusat pada satu masjid tertentu. Demikianpun, dinasti Qing mengeluarkan kebijakan untuk menghancurkan masjid2 dan membunuhi imam2nya. Muslimin dikejar2, dan akses mereka di sektor perdagangan pun dibatasi habis2an. Mereka tidak boleh lagi berlatih KungFu di masjid2 maupun dalam komunitas mereka. Sampai2 setiap muslimin dicap kepalanya dengan tulisan “Hui Zui” (penjahat Hui).

Namun demikian di tahun 1862, Du Wen Xiu, seorang pemimpin muslim di propinsi Yunan, melakukan perlawanan dan mampu merebut lusinan provinsi di utara dan di selatan China, padahal saat itu tidak ada lagi perlawanan atas bengisnya Kaisar Tong Zhi. Peristiwa ini juga membuat muslimin di akui sebagai pejuang sejati oleh rekan2 pemberontak lain yg non-muslim.
Pada saat awal dinasti Qing itulah banyak master KungFu baik dari Shaolin maupun dari kalangan muslimin yg menyebar kemana2 dan menyelamatkan diri sambil meneruskan tradisi beladiri mereka. Mereka menyebar bahkan sampai ke Asia Tenggara dan Nusantara.

Adapun mengenai kontribusi muslimin dalam WuShu atau KungFu, seperti ditulis dalam buku “Jixiao Xinshu” karangan Qi Ji Guang, seorang ahli strategi perang terkenal di masa dinasti Ming. Guang menulis 3 perguruan tombak yg menjadi acuan militer saat itu, yaitu: perguruan keluarga Yang, Ma, dan Sha. Nah, keluarga Ma dan keluarga Sha adalah muslim Hui. Bahkan dari keluarga muslim inilah lahir formasi jurus “Hui Hui Shi Ba Zhou” (18 pukulan tempur Hui). Jurus2 tombak Hui ini masih terus dikukuhkan dalam Seni Wushu Modern saat ini.

Aliran Tan Tui, Cha Quan, dan Hua Quan adalah tiga aliran terpopuler yg dikenal sebagai KungFu muslim. Hua Quan berasal dari jaman dinasti Tang (618-907), ketika seorang jendral muda muslim bernama Hua Zhong Qi dikirim ke daerah Guanxian (sekarang propinsi Shantung). Di daerah ini sang Jendral luka parah dan dirawat oleh penduduk lokal. Ia kemudian mengajarkan KungFu yg kemudian disebut dengan Da Jia Quan (jurus rangkaian besar). Beberapa tahun kemudian, setelah kembali ke pusat, ia mengirim murid seniornya, yaitu Cha Yuan Yi untuk mengembangkan KungFu di daerah itu. Versi Cha dikenal dengan Xiao Jia Quan (Jurus Rangkaian Kecil).

Da Jia Quan kemudian dikenal sebagai Hua Quan. Dan Xiao Jia Quan dikenal sebagai Cha Quan. Tan Tui (artinya “kaki elastis”) lahir di periode yg lebih modern, yaitu jaman dinasti Ming (1368-1644). Kelahiran aliran ini tidak lepas dari tokoh yg bernama Cha Sang Yir, seorang guru ngaji suku Hui yg tinggal di Xinjiang, China Utara. Ia dikenal juga sebagai “Shamir” hidup pada 1568 sd 1644. Shamir dikenal sebagai master KungFu di daerah propinsi Shantung.

Di daerah ini, para biksu Budha dari kuil Long Tam juga belajar Tan Tui pada master Shamir. Kemudian para Biksu ini mengembangkan sendiri jurus2 yg diperoleh dari master Shamir. Bila master Shamir menetapkan jurus 10-langkah Tan Tui, maka para biksu merumuskan jurus 12-langkah Shantung Long Tam. Tendangan2 kuil Long Tam rendah, hanya sebatas pinggul atau lutut. Sementara tendangan2 Tan Tui bisa mencapai kepala atau bahu.
Baik, Hua Quan, Cha Quan, maupun Tan Tui, telah merasuk dalam KungFu secara keseluruhan. Bahkan KungFu muslim ini menjadi pelajaran wajib dalam berbagai perguruan KungFu yg ada di China, walaupun yg beraliran selatan. Sampai2 dikatakan, dengan menguasai Tan Tui, maka kita bisa menguasai keseluruhan KungFu China lainnya. Ini dikarenakan basic practice yg ada dalam Tan Tui diperlukan untuk berbagai latihan KungFu tingkat lanjut.

Kuil Shaolin pun mengadaptasi Tan Tui sebagai latihan rutin mereka. Begitu melekatnya KungFu muslim ini pada tradisi KungFu di China, sampai2 masyarakat China mengatakan “Kalau Tan Tui mu bagus, maka KungFu mu pasti bagus.” atau seperti ini: “Dari Nanking sampai Beijing, latihan terbaik untuk kaki bagian bawah, datangnya dari lingkungan agama Islam.”
Tan Tui juga menjadi pelajaran wajib di perguruan Jing Wu. Sebuah perguruan yg didirikan oeh Master Hua Yen Chia, di jaman penjajahan Jepang di China. Dalam jaman pemberontakan ini lahirlah seorang pahlawan China yg berasal dari Jing Wu dan mahir Tan Tui, yg disebut Chen-Chen.

Di masa modern ini, dikenal banyak jago KungFu muslim yang mampu mengalahkan berbagai KungFu aliran lain di China dan sekitarnya. Sebutlah sebuah nama: Wang Zi Ping (1881-1973), seorang master Cha Quan yg mewakili China dan mengalahkan jago2 beladiri luar negeri. Ia juga menjadi wakil presiden Federasi WuShu China. Sebut pula Chang Wen Quang, salah satu master Cha Quan lainnya yg pada olimpiade ke-11 di Berlin tahun 1936 hadir sebagai salah satu undangan khusus sebagai Team Nasional WuShu China. Ia juga akhirnya menjadi wakil presiden Asosiasi WuShu Nasional di China.

Demikianlah, KungFu muslim telah diasimilasi oleh KungFu China secara keseluruhan. Dalam pertandingan Wushu modern, KungFu muslim ditempatkan secara terhormat dalam dua nomor pertandingan dari tujuh nomor yg dipertandingkan. KungFu muslim diwakili dalam nomor Chang Quan (Jangkauan panjang utara) dan Qiang Shu (Senjata Tombak).

Comments

Popular posts from this blog

Di Buka Kelas Baru JKD Lampung Martial Art

Siu Lim Tao, Siu Nim Tao